Monday, August 31, 2009

Situs Bersejarah di Puncak Gunung Argopuro

Argopura bisa diartikan "Gunung Pura" atau barangkali bisa disebut Pura di Puncak Gunung, seperti banyak ditemukannya struktur bangunan berarsitek mirip Pura (tempat peribadatan umat Hindu) dikawasan puncak, berawal dari situlah gunung ini beroleh nama Argopuro.Di puncak Gunung nan indah ini di jumpai reruntuhan bangunan dan tinggal puing-punig yang berserakan dan ditumpuk begitu saja seolah tak bernilai sejarah. sisa-sisa reruntuhan itu masih nampak jelas, ada beberapa situs purbakala di sekitar kawasan puncak Argopuro.


kawasan puncak yang dimaksud meliputi ketinggian 3.088 meter dari permukaan laut ke atas, yang didalamnya mencakup areal seluas hampir satu km persegi, yang didalamnya terdapat komplek bukit dan alun-alun, komplek kawah dan komplek candi.

Komplek bukit dan alun-alun merupakan pintu masuk kawasan puncak, sebuah alun-alun yang luas dipegunungan Hyang Argopuro. Alun-alun ini dibatasi langsung oleh sebuah kawah dengan lubang dalam., sedangkan disebelah timur masih terdapat lima kawah, baik lubang maupun tempat yang dinamakan alun-alun SIJEDING.

Komplek candi yang dimaksud bukan candi dalam arti sebenarnya, melainkan merujuk dari jenis peninggalan dan struktur bangunan sejarah kepurbakalaan yang terdapat di gunung ini. Jumlah seluruhnya ada tujuh komplek meliputi situs kolam dan taman sari, Situs Puncak Rangganis, dua bangunan candi, dan tiga bangunan pura.

Masyarakat sekitar lebih mengenal Rengganis ketimbang Argopuro. Rengganis sebuah nama seorang DEWI yang begitu melekat di hati masyarakat kaki gunung Argopuro. Konon menurut legenda penduduk setempat, dari sanalah Dewi Rengganis tinggal dan memerintah kerajaannya. Diceritakan pula bahwa alun-alun Rawa Embik adalah sebuah padang rumput dibawah alun-alun puncak adalah sumber mata air yang terus mengalir sepanjang tahun. Tempat itu merupakan padang penggembalaan hewan ternak yang mensuplai kebutuhan keraton di puncak.

Dituturkan bahwa Dewi Rengganis adalah salah seorang Putri dari Prabu Brawijaya ke….? yang lahir dari salah satu selirnya. Karena tidak diakui keberadaannya, pada saat dewasa ia didampingi seorang Patih dan pengikut-pengikutnya yang setia melarikan diri dan mendirikan kerajaan keraton di puncak gunung ini.

Diperkirakan puing-punig yang terdapat di Rengganis suatu peninggalan tertinggi yang ditemui di Pulau Jawa adalah bekas Kuil Hindu abad ke 12 Masehi. Situs Rengganis memperlihatkan aspek rancang bangun jaman prasejarah dan jaman klasik akhir di pulau Jawa. Salah satu hal yang paling menonjol dari peninggalan kepurbakalaan di Rengganis, adanya tembok pagar luar yang mengelilingi bangunan serta struktur bangunan lebih memperlihatkan struktur Pura daripada Candi.

Satu hal yang tidak dijumpai pada peninggalan kepurbakalaan masa Majapahit akhir yang berada di gunung-gunung lain seperti Gunung Penanggungan, dan Gunung Arjuna. Benarkah struktur bangunan yang disebut PURA sesuai dengan Pura dalam arti dan fungsi yang sesungguhnya pada saat ini? Ataukah Pura itu adalah sebuah Candi dengan model lain. Benarkah Komplek kuno yang ada dalam pesantren dimana para Resi, Pendeta atau Biarawan menghabiskan waktu untuk tinggal dan belajar di Puncak ini?
Ataukah memang suatu komplek keraton?

Tempat peribadatan disini belum bisa memastikanbentuk tradisi dari aliran dan sekte apa para Rahib itu semua. Terlepas apakah itu keraton atau karesian dapatkah dibayangkan bagaimana Perikehidupan dan aktifitas yang dilakukan sehari-hari di Puncak Gunung yang indah, dingin, dan terpencil itu pada jaman alam masih liar yang waktu itu masih buas.

Legenda tinggallah cerita turun temurun dari mulut ke mulut yang semakin bias dan sulit dibuktikan secara ilmiah. Hipotesa dari penyelidikan terdahulu belum seluruhnya terbukti. Sebagian besar data masih berupa misteri dan beberapa benda-benda bernilai sejarah itu telah hilang dan dihancurkan. Menurut penduduk sekitar sekitar tahun 80-an Situs Purbakala di Gunung Argopuro masih nampak terawat dan masih belum banyak benda yang hilang, selepas itu kini situs Purbakala itu semakin rusak, kotor dan bangunan dengan teras-teras berdinding batu itu tinggalah batu-batu berserakan yang dihiasi bungkus mie instan. Sejumlah Arca dari Gunung ini telah terpencar oleh ulah orang-orang yang tak bertanggungjawab sebagian ada yang ditemukan di Gunung Semeru dan tempat lainnya. Justru para peziarah lokal yang memberi sesajen persembahan dan membersihkan lingkungan ini, secara tidak langsung telah menjaga dan merawat keberadaan benda-benda yang bernilai sejarah?
Sebelum tahun 80-an di kabarkan bahwa komplek candi di puncak Argopuro hampir tak tersentuh tangan usil, bersamaan dengan banyaknya orang yang berkunjung bersamaan dengan itu pula mulai hilang satu persatu bentuk candi itu perlahan lahan hanya menyerupai tumpukan batu,bahkan ada arca yang hilang kepalanya!??
Bagai mana dengan Kita? Pedulikah kita akan situs bersejarah yang jelas jelas berada di wilayah kota ini? ada kah Peninggalan berbentuk candi di kota ini selain di sini?

Wassalam

Fajar Dwi herdiyan

5 comments:

Anonymous said...

dear friend...

saya pernah ke puncak argopuro tahun 86 dan 90....tinggal sisa2 candi di puncak. kawan yang pernah ke puncak tahun 78 bilang dulu masih ada gerbang (gapura?)....

keep on writing
salam

ivan

Anonymous said...

tretan...

tahun 86 dan 90 saya pernah ke puncak argopuro. makin berkurang situs arkeologinya (valdalisme) ...kawan saya yg pernah ke puncak thn 78 masih sempat melihat gerbang candi (gapura?)...

keep on writing....
salam
ivan

Fajar Dwi Herdiyan said...

Mas Ivan mungkin mas Ivan punya potret tahun itu waktu mas ivan ke sana....akan sangat membantu kajian tulisan saya di blog ini....trimakasih atas Coment post mas Ivan ..looking forward to hear from u mas...
Herdian Firaz

Eko w said...

cerita gerbang yg sama jg sy dengar amat disayangkan semua kelak akankan tinggal cerita saja.semoga tabir ghoib taktersibak kejahilan,


klompangan/kopang lereng hyang timur,

Fajar Dwi Herdiyan said...

thanks mas eko